Motto of the week!

Look at the around side, also in the down side, not just to the up side.

Sabtu, 08 Januari 2011

Fine Story “Introduce and first story with Rosa”

“Woooy . . . i’m Fine” itulah yang dikatakannya setelah dia berulang kali mengenalkan diri di sekolahnya yang baru. Dia baru pindah sekolah karena ibunya dipindahtugaskan ke kota Bandung, dia sendiri berasal dari Yogyakarta. Well, fine adalah seorang remaja yang beranjak dewasa dengan pemikirannya, tidak tahu apakah dia akan beranjak dewasa yang “sesuai” dengan orang dewasa seusianya.
“hei. .  liat, liat, dia kenapa ya? Aneh teriak – teriak segala.” itulah Noni yang selalu mencari perhatian semua orang dengan dandannya yang agak sedikit “berlebihan”, dia membuat suatu suara yang cukup keras, lalu dia bilang “hei. . liat, liat. .” “Iya nih kenapa dia? Heh, nama loe tadi siapa? Fine? Gile nama loe pake bahasa inggris segala, siapanya bule lho?” dia Hirasi, cowok yang agak sedikit aneh, walaupun gayanya nyeleneh tapi dia itu punya rasa empati yang tinggi lho, dia keturunan Jepang gitu deh, tapi saking anehnya dia benci sesuatu yang berbau Jepang. “Iya nama aku Fine, lagian aku dari tadi mengenalkan diri, nggak ada yang nyaut segala, aku ini ponakannya buleku yang di Yogya, kok kamu kenal sama bule aku?” ucap Fine dengan suara medoknya. “Iye ngeyel ya lho, yang gue maksud tuh ada ga keluarga lho yang bule?” tegas Hirasi. “Ya, ada bule aku di Yogya.” jawab Fine dengan polos. “Dodol kamu maksud Hirasi ada gak keluarga kamu yang ciri – cirinya kayak orang luar negeri.” dia Lila, meskipun dia pintar dia itu lama banget dalam melakukabn segala sesuatu, nggak sigap. Dia aslnya dari Garut, karena keluarganya pembuat dodol sejati, dia diharuskan untuk meneruskan usaha keluarganya, tapi dia ingin menjadi seorang guru, dia sangat kesal akan hal itu, jadi jika ada orang yang membuatnya kesal dia selalu bilang “dodol” ke orang yang dimaksud. “Oh. . dikirain apa, iya bapak aku seorang warga asing tapi dia itu sudah menjadi WNI sejati lho, ngomongnya juga medok kayak aku.” jawab Fine. “Ngapain sih kalian, kumpulan orang aneh, gitu aja dibahas.” yang satu ini adalah Rosa, seorang cewek yang menurut kabatnya dia itu “freak” dan sedikit rese, dia tidak ingin melihat hal yang menurutnya sangat mengganggunya. “Sudah – sudah kalian apaan sih, masih pagi sudah rebut. Fine kamu boleh duduk di sebelah Rico. Sekarang kita mulai pelajaran baru semester 2. Mari kita mulai.” Satu lagi, Rico. Cowok yang penuh misteri, tidak ada sedikitpun orang yang tahu akan kehidupannya, well kadang dia memang tidak penting dikelasnya.
“Ok anak – anak kita pelajari bab baru, untuk tugas pertama kita kalian harus akan dipasangkan, 1 kelompok untuk 2 orang.” ucap sang guru. Pembagian kelompok pun dilakukan dan tugas sudah diberikan kepada seluruh murid. Well ada yang nampak berbeda dari pemandangan biasanya di kelas tersebut. Let’s read the story. “Kenapa sih gue mesti sekelompok sama loe, Fine?” sesal Rosa. “Emang kenapa? Kamu nggak suka? Aku baik juga lho. Di kampungku aku termasuk perjaka yang paling baik. Gimana?” ulas Fine. “Ah. . . udah – udah, mau lho baik kek, ganteng kek, gue nggak mau sekelompok sama lho, yang jelas lho tuh kampungan, titik.” ujar Rosa. “Aku itu pinter lho, kalo kamu nggak mau ngerjain bareng sama aku, aku bakal ngerjainnya sendiri, kamu tinggal nerima beresnya aja deh. Gimana?” jawab Fine. “Ya udah – udah, inget elo musti negerjainnya bener – bener, jangan salah ya, awas lo, kalo loe salah ngerjainnya. Kalo sampe nilai gue jelek gara – gara loe, awas aja.” tegas Rosa. “Galak amat, iya – iya aku bakal ngerjainnya dengan bener deh, tenang aja, serahin sama aku, OK.” jawab Fine.
Fine harus mengerjakan tugasnya yang seharusnya dia kerjakan bareng dengan Rosa. Tapi dia harus menanggung akibatnya sendiri karena keegoisan Rosa. Fine memang baik, tapi dia sangat polos, mungkin masih terbiasa atmosfir dari lingkungannya yang dulu, yang tidak sekejam lingkungannya sendiri. Malam harinya Fine mengetik ulang tugasnya yang sudah dia cari pada siangnya di perpustakaan sekolah sendiri, sambil dia chating dengan pacarnya yang di Yogya, maklum walaupun Fine sudah tidak di Yogya lagi, dia tetap akan kembali setelah sukses, dan berjanji setia dan menikahi pacarnya. “Huh. . akhirnya selesai juga.” ucap Fine dengan lega. Fine tinggal melakukan proses akhir yakni menge-print. Tidak sengaja kata – kata yang akan ditulis dalam chating-nya, tertulis di dalam tugasnya, dan tercetak pula.
Besoknya, “Fine, Rosa, kesini sebentar!” titah Bu Guru. “Iya bu, ada apa ya bu?” tanya Fine dan Rosa. “kamu berdua, ini apaan, kata – kata ini kata untuk apa?” tegas Bu Guru dengan nada tinggi. Maklum Bu Guru adalah orang asli Yogya, walaupun dia sudah 10 tahun di Bandung, tapi dia masih paham bahasa daerahnya. “Ini apa, kalimat cinta – cintaan dipake segala.” tegas Bu Guru. “Ini apaan Fine? Loe tuh bego banget pake ngetikin ini segala.” ucap Rosa dengan penuh kemarahan. “Maaf aku lupa, keenakan chating sama pacar aku.” jawab Fine menjelaskan. “Fine, Rosa, karena kalian tidak mengerjakan tugas kalian, kalian harus lari mengelilingi lapangan 10 putaran dengan memakai papan yang berisikan “saya tidak mengerjakan tugas”, sekarang juga. Cepat kalian kerjakan.” tegas Bu Guru.
Mereka berdua berlari di lapangan dan Rosa terus menghujat Fine sepanjang mereka berlari. Bel istirahat berbunyi, semua teman kelasnya melihat mereka berdua dan mengejek mereka. Mungkin karena Fine sangat kesal dihujat banyak orang, lantas dia berhenti dan mengatakan, “Woooy. . . I’m Fine.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar